Padarentang di antara masa tersebut, kemacetan dapat dirasakan di pusat kota sebagai lokasi menginap dan tujuan wisata (seperti Malioboro, Prawirotaman), serta jalan-jalan menuju objek wisata, seperti Jalan Parangtritis. Pengegasan Ulang : Kemacetan harian yang dominan ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat dalam lingkup internal.
Desaindan implementasi yang tepat dapat menjadikan kota-kota seperti Jakarta tempat yang bagus untuk hidup - tidak hanya ditentukan oleh kekayaannya, tetapi juga oleh kesejahteraan yang ditawarkannya untuk saat ini dan masa depan. Kesejahteraan: Dimulai dengan lalu lintas yang lebih baik dan solusi berbasis data. Banyak proyek kota pintar yang sukses dimulai dengan meringankan titik rasa sakit masyarakat menggunakan data dan sistem informasi yang terhubung untuk membentuk dasar untuk perbaikan.
Padatahap kedatangan dan kepulangan, kemacetan parah akan terjadi pada jalan-jalan arah luar kota (misalnya Jalan Magelang, Jalan Solo, Jalan Palagan dan Jalan Wates). Pada rentang di antara masa tersebut, kemacetan dapat dirasakan di pusat kota sebagai lokasi menginap dan tujuan wisata (seperti Malioboro, Prawirotaman, Semarang, Bandung, Malang, Jakarta), serta jalan-jalan menuju objek wisata, seperti Jalan Parangtritis.
REPUBLIKACO.ID, JAKARTA -- Kendaraan dimensi ketiga diharapkan bisa jadi solusi bagi kemacetan lalu lintas yang makin parah. Mobilitas udara menjanjikan tempo perjalanan lebih cepat dan mudah bagi masa depan. Kereta bawah tanah yang penuh sesak dan jalan raya yang macet sudah jadi fenomena biasa di kota-kota besar.
AA A. JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta menggelar seminar publik dengan tajuk 'Masa Depan Pemberdayaan Kampung Kota di Jakarta' secara hybrid. Seminar ini digelar sebagai persiapan Pemprov DKI membuat peta jalan penataan kampung Jakarta di masa yang akan datang. Seminar publik ini mengundang berbagai narasumber dan pakar untuk memperkaya
ftAA. Sejatinya sebuah kota berkembang sesuai dengan karakter,potensi, dan sebagai kota karena jumlah populasi penduduknya, yaitu dari hingga berpikir tentang keberlangsungan generasi mendatang maka kota perku direncanakan denganbaik, menjaga lingkungan, tanpa mengorbankan kebutuhan ekonomi, dan berkeadilan sosial. Kota adalah pusat pertumbuhan, tempat berbagai aktivitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, dan sebagainya, kota berkembag dari suatu tempat karena nilai startegis dan potensikota pelabuhan, kota pemerintahan, kota religious, kota industry, kota pertambangan, kota perkebunan. Secara spasial terbentuk suatu pola dan struktur ruang yang disebut sebagai sebuah sistem yang saling berhubungan satu kesatuan. Sehingga menuntutkeseimbangan dalam sistem dinamis membutuhkan suatu pengelolaan yang serius untuk menghindari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat didalamnya yang memiliki berbagai kebutuhan fisiologis, sosial, dan ekonomi. Faktor kebutuhan menyebabkan alam dan lingkungan ini menjadi korban untuk memenuhi kebutuhan manusia didalamnya, sehingga terjadi kerusakan, bencana, perubahan iklim, terjadinya peningkatan suhu bumi, kemacetan kota, dan lain sebagainya. Hal ini adalah sebuah dampak yang dihasilkan dari aktivitas dan ekpresi manusia yang hidup didalamnya. Dalam sebuah kesadaran bersama, yaitu kota adalah masa depan bersama âOur Common Futureâ, maka konsep kota yang berkelanjutan diperlukan sebuah penelusuran lebih mendalam untuk mencapai kesadaran bersama menuju pada kesejahteraan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MENELUSURI TEORI KOTA YANG BERKELANJUTAN Tari Budayanti Usop Mahasiswa Program Doktoral, Prodi Arsitektur Universitas Gadjah Mada taribudayanti77 Ikaputra Associate Professor, Prodi Arsitektur Universitas Gadjah Mada ikaputra Abstrak Sejatinya sebuah kota berkembang sesuai dengan karakter, potensi, dan berkelanjutan. Disebut sebagai kota karena jumlah populasi penduduknya, yaitu dari hingga jiwa. Ketika berpikir tentang keberlangsungan generasi mendatang maka kota perku direncanakan dengan baik, menjaga lingkungan, tanpa mengorbankan kebutuhan ekonomi, dan berkeadilan sosial. Kota adalah pusat pertumbuhan, tempat berbagai aktivitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, dan sebagainya, kota berkembag dari suatu tempat karena nilai startegis dan potensi kota pelabuhan, kota pemerintahan, kota religious, kota industry, kota pertambangan, kota perkebunan. Secara spasial terbentuk suatu pola dan struktur ruang yang disebut sebagai sebuah sistem yang saling berhubungan satu kesatuan. Sehingga menuntut keseimbangan dalam sistem kota. Kota yang dinamis membutuhkan suatu pengelolaan yang serius untuk menghindari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat didalamnya yang memiliki berbagai kebutuhan fisiologis, sosial, dan ekonomi. Faktor kebutuhan menyebabkan alam dan lingkungan ini menjadi korban untuk memenuhi kebutuhan manusia didalamnya, sehingga terjadi kerusakan, bencana, perubahan iklim, terjadinya peningkatan suhu bumi, kemacetan kota, dan lain sebagainya. Hal ini adalah sebuah dampak yang dihasilkan dari aktivitas dan ekpresi manusia yang hidup didalamnya. Dalam sebuah kesadaran bersama, yaitu kota adalah masa depan bersama âOur Common Futureâ, maka konsep kota yang berkelanjutan diperlukan sebuah penelusuran lebih mendalam untuk mencapai kesadaran bersama menuju pada kesejahteraan. Kata kunci Kota, berkelanjutan, Sistem, dinamis, kota yang berkelanjutan. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu sistem yang mengakomodasi kebutuhan manusia. Bukan sekedar wadah fisik, manusia, benda saja, melainkan kota juga sebagai ekpresi masyarakat yang memerlukan suatu pengelolaan, pemerintahan, perdagangan, budaya, pendidikan, dan masyarakat, untuk memfasilitasi lingkungan bagi eksistensi dan interaksi manusia Egger, 2006. Oleh karena kota adalah suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan penghuninya, maka kota dapat pula negara, ibu kota negara atau daerah. Sebagai suatu wadah kegiatan rekreasi, keagamaan, militer, atau para purnakaryawan. Ketika filsafat ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh pandangan Karl Marx, Imanuel Kant, dan Max Weber yang paling berpengaruh tentang Spirit Kapitalisme 1905 dimana kota adalah suatu tempat sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal, ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng dan mempunyai sistem hukum dan bersifat kosmopolitan. Melihat perkembangan pembentukan sejarah kota sangat beragam yaitu kota berasal dari pusat perdagangan Rotterdam, Shanghai, dan Hamburg, kota berasal dari pusat pemerintahan dan ibukota London, Jakarta, Tokyo, dan Kyoto, dan ada juga kota berasal dari pusat kebudayaan atau agama Vatican, Yerusalem, dan Lordess. Di Indonesia sejarah pembentukan kota berasal dari perkebunan seperti Bogor teh, Pematang Siantar, Deli Serdang tembakau, dan Palembang karet. Kota yang berasal dari pusat pertambangan seperti Dumai, Tarakan, Ombilin, Sawah Lunto, Pangkal Pinang, Balikpapan, Martapura, Cepu, Tembaga Pura, Tanjung Enim dan Bontang. Kota yang berasal dari administrasi seperti Jakarta, Demak, Cirebon, Surakarta, Yogjakarta, Gowa, Banjarmasin, Palangka Raya, dan NAD Kota yang berasal dari pusat kebudayaan seperti Yogjakarta dan Solo. Kota-kota yang berkembang di Indonesia beraneka ragam pola pertumbuhannya dan berkembang karena nilai strategis dan potensi yang dimilikinya. Ketika kota mulai bertumbuh semakin baik maka secara tidak langsung aktivitas ekonominya semakin meningkat, pengaruh yang dihasilkan adalah terjadinya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya aktivitas kegiatan didalam kota tersebut, dan pada akhirnya kebutuhan akan ruang-ruang aktivitas kota pun bertambah, hingga bertambangnya luas ukuran wilayah terbangun didalam perkotaan. Perkembangan kota dikatakan suatu proses alamiah, pola pergerakan yang dinamis. kota dianggap lebih menarik magnet dan lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan dibandingkan perdesaan sehingga terjadi arus urbanisasi, atau sebaliknya kerena pemerintah menggunakan kebijakan pemerataan penduduk dengan mengadakan program transmigrasi ke perdesaan agar mempercepat perkembangan, tentunya hal ini terjadi pembukaan lahan. Permasalahan Pertumbuhan kota adalah fenomena yang kompleks, sebagian spontan dan sebagian direncanakan. Ada beberapa upaya untuk mengatur kompleksitas tersebut. Gagasan-gagasan seperti membangun kota yang berkelanjutan, sehingga menghasilkan lingkungan perkotaan yang lebih baik, yaitu lingkungan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, memiliki lebih sedikit biaya sosial-ekonomi, dan menggunakan lebih sedikit alam. Berdasarkan penjelasan di atas yang menjadi masalah tentang kota adalah, ketika sebagian kota tersebut berkembang secara spontan sprawl, jumlah penduduk meningkat, terjadinya pengembangan wilayah kota dan terjadi pembukaan lahan yang alih fungsi dari area produktif tanah persawahan menjadi menjadi kawasan permukiman/perumahan baru, alih fungsi hutan dijadikan menjadi lahan pertanian/perkebunan. Selanjutnya proses urbanisasi juga menimbulkan permasalahan sosial ekonomi bagi perkotaan, terbentuk kawasan-kawasan kumuh yang memiliki pendapat rendah low income didalam kota, sehingga terjadinya kriminalitas pada ruang perkotaan. Permasalahan ini merupakan pembangunan kota yang tidak memperhatikan kualitas hidup manusia. Kemacetan kota seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya, di akibat sistem transportasi umum yang tidak terintegrasi dengan baik. Suhu bumi semakin panas kadar emisi CO2 yang didapat dari berbagai aktivitas manusia dimuka bumi seperti polusi udara gas bermotor, efek rumah kaca, material bangunan, dan banjir di perkotaan, dan lain sebagainya. Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut di atas maka perkotaan di dunia mengonsumsi tiga perempat energi dunia dan menyebabkan tiga perempat polusi global dan kota telah menjadi parasit ehuge organisme yang dapat mengeringkan bumi untuk makanan akibat konsumsi energi berlebihan konsumen yang tak kenal lelah relentless consumers, pencemar yang tak kenal lelah relentless polluters. Sehingga lama-kelamaan sistem kota menjadi tidak stabil, ketahanan, dan kapasitas tidak cukup tinggi, dan kemungkinan kota akan menjadi runtuh colappse. Dengan fenomena kerusakan lingkunan dan meningkatnya suhu bumi, dan manusia merasa tidak nyaman lagi dalam habitatnya Roger, 1998 dan Egger 2006. Kota adalah pendorong pertumbuhan masa depan, tetapi juga sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar. Sehingga diperlukan suatu konsep yang memperhatikan keseimbangan lingkungan hidup yaitu konsep pembangunan yang berkelanjutan. Konsep pembangunan yang berkelanjutan ini sudah banyak dikembangkan kedalam dasar-dasar teori kota yang berkelanjutan. Referensi kota dan penerapan-penerapan aplikatif pembangunan kota yang berkelanjutan mudah ditemukan, baik dalam berbagai metode dan paradigma. Impian konsep kota masa depan yang ideal dalam buku âGarden City of to-morrowâ yang ditulis oleh Ebenezer Howard 1898, mengundang kontroversi, menjadi utopias, dianggap tidak relevan, tidak masuk akal, dan akibat ketidak relevan tersebut, maka konsep Garden City of to-morrow Ebenezer Howard tidak banyak dipakai, hanya konsep alami dan natural yang banyak diambil oleh para perencana kota, selebihnya hanya sebuah catatan sejarah. Perencana kota abad ke 20 memiliki berbagai konsep-konsep baru dalam merencanakan kotanya dari ide awal sebuah mimpi bagaimana kota yang berkelanjutan yang sudah menjadi cita-cita dan kepentingan bersama our common future untuk menuju kota masa depan yang berkelanjutan. Tujuan dan Manfaat Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, penulis memandang perlunya dilakukan kajian teori lebih memahami tentang konsep pembangunan berkelanjutan dalam empat dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, dan pemerintah. tentang makna dan lingkup sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat mahasiswa, akademis, dan praktisi sekaligus memperkuat keilmuan body knowledge arsitektur. Hasil penulisan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi mahasiswa, dan praktisi, untuk memahami arsitektur dan kota, menjadi bekal dalam praktek keilmuan arsitektur dan perencanaan. Metode Penulisan Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan untuk menggali kembali pemahaman, makna, dan lingkup konsep kota yang berkelanjutan. Berbagai pemikiran tentang konsep kota yang berkelanjutan dapat digunakan sebagai data pendukung dalam penulisan ini. Pencarian data dan informasi melalui dokumen, baik berupa dokumen tertulis, foto-foto, gambar-gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses peneltian. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada Sugiyono,200583. Oleh sebab itu studi pustaka dapat mempengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan. II. KOTA YANG BERKELANJUTAN DAN PERKEMBANGANNYA Kota dan Perkembangannya Sebelum memahami lebih dalam tentang kota yang berkelanjutan maka perlu diketahui terlebih dahulu tentang apa definisi kota, padanan, perbedaan, dan skala dari kota itu sendiri. Dalam pandanan kata âkotaâ adalah 1 metropolis, metropolitan, praja, pura, benteng. 2 daerah tingkat II, dan negeri. Sedangkan lawan kata dari kota adalah desa, dusun, dan udik Gambar I. Persamaan dan Lawan Kata Kota sumber Ketika filsafat ilmu pengetahuan berkembang menuju pada pemikiran modern. Pandangan berpikir humanisme dipengaruhi oleh pandangan Karl Marx, Imanuel Kant, dan Max Weber yang paling berpengaruh tentang Spirit Kapitalisme 1905. Maka kota adalah suatu tempat sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal, ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng dan mempunyai sistem hukum dan bersifat kosmopolitan. Ketika kota berkembang, sebagai tempat tinggal, tempat menghasilkan barang dan jasa, maka skala pelayanan berkembang, terjadi pemusatan penduduk, dengan kepadatan tinggi. Dikatakan kota kecil hingga megapolitan adalah dengan jumlah penduduk hingga jiwa. Terdapat tiga pendapat yaitu ; Max Weber 1905 , Hamilton 2001, Steve Egger 2006, mendefinisikan kota secara mendasar adalah mengakomodasi kebutuhan manusia, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan ekonomi. Jika kembali kepada teori Maslow 1943 dalam âThe Theory Of Human Motivationâ tentang Hierarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan dasar merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Hierarki 1 Kebutuhan Fisiologis atau Kebutuhan Faal physiological needs hak mendapatkan oksigen, makanan, tidur aktifitas diri manusia, 2 Kebutuhan Rasa aman safety, security needs Keterlindungan, 3 Kebutuhan Rasa cinta social needs kehidupan interaksi sosial, 4 Kebutuhan Harga diri EGO kepemilikan esteem needs, dan 5 Aktualisasi diri self-actualization needs pengakuan dihargai, status sosial. Kota terbentuk dari kebutuhan manusia, untuk melayani Hamilton, 2001 dari hierarki kebutuhan manusia, pembentukan ruang spasial dari ekpresi masyarakat Steve Egger, 2006 menjadikan kota terbentuk dalam jaringan network atau suatu sistem ekpresi masyarakat. Akibat dari suatu sistem tersebut maka perkotaan memerlukan suatu pengelolaan, pemerintahan, perdagangan, budaya, pendidikan, dan masyarakat, untuk memfasilitasi lingkungan bagi eksistensi dan interaksi manusia Egger, 2006. Dalam tabel dibawah ini, maka didapat beberapa kumpulan pendapat-pendapat tentang definisi Daerah Benteng Pura Praja Metropolitan Metropolis Tabel I. Temuan Teori Definisi Kota Sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan Sistem aktivitas kota, segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan aktivitas. Kota adalah sistem aktivitas Tempat tinggal, dan bermukiman Organisme Hidup Yang Dinamis Berperilaku warga yang beraneka ragam Akomodasi kebutuhan manusia Sasaran tindakan perencana dan perancang kota Sistem sirkulasi yang dinamis. Tempat menghasilkan barang & jasa Memerlukan pengelolaan pemerintahan, untuk memfasilitasi lingkungan bagi eksistensi dan interaksi manusia. Mengalami perubahan didalamnya strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis Bentukkan fisik kota merupakan hasil dari interaksi kekuatan material dan spiritual Aktivitas permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan Pemusatan penduduk dibandingkan daerah belakangnya Heterogenitas aktivitas kota. ⢠Awal mula kota hanya dipahami sebagai tempat untuk melayani KEBUTUHAN EKONOMI dan bersifat kosmopolitan. Ketika kota berkembang dengan KEPADATAN, yang terdiri dari tempat bermukiman, tempat menghasilkan barang dan jasa, dan berkembangnya skala pelayanan. ⢠Kota adalah DINAMIS yang mengakomodasi KEBUTUHAN MANUSIA dengan berbagai ekpresi dan perilaku warga yang beraneka ragam. Sehingga secara keselurahan kota adalah SISTEM yang saling terjalin utuh dalam sebuah jaringan dan yang hidup didalamnya. ⢠Kota terdiri dari KEBUTUHAN SOSIAL, KEBUTUHAN EKONOMI, PENGELOLAAN LINGKUNGAN, dan memerlukan PENGELOLAAN PEMERINTAH KOTA untuk memfasilitas lingkungan dan eksistensi dan interaksi manusia. Definisi Keberlanjutan Sustain-ability Pengertian keberlanjutan continue menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah berkesinambungan; dan terus-menerus. âSustainâ 1 strengthen or support physically or mentally, 2 undergo or suffer something unpleasant, especially an injury, 3 uphold, affirm, or confirm the justice or validity of, dalam terjemahan bahasa Indonesia âsustainâ adalah menopang. Definisi menopang disini adalah mampu menahan, menopang, menyokong, menyangga, mengalami, meneruskan, menderita, memperpanjang, dan memungkinkan. Adapun terjemahan âabilityâ 1 possession of the means or skill to do something, 2 talent, skill, or proficiency in a particular area , dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah kemampuan, kesanggupan, bakat, kebolehan, kecakapan, kepandaian, kebisaan, kearifan, kelihaian, dan ketangkasan. Sustainable Cities Berdasarkan dari penelusuran makna kata diatas maka kota yang keberlanjutan sustainability city adalah kota tersebut memiliki kemampuan, kesanggupan, dan kearifan untuk menopang, menyokong kebutuhan makhluk hidup di dalam yang termasuk dalam sebuah sistem cover in system. Pertumbuhan kota yang dinamis dan berkembang secara signifikan tentunya membutuhkan pengelolaan atau perencanaan. Sehingga kota tersebut perlu diperkuat secara fisik dan mental untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan keseimbangan lingkungan sehingga pada akhirnya kota diharapkan berkeadilan dan sejahtera. Konsep keberlanjutan telah diperkenalkan untuk menggabungkan perhatian untuk kesejahteraan para planet dengan pertumbuhan yang berkelanjutan dan perkembangan manusia, Dalam konteks ekologi, keberlanjutan dipahami sebagai kemampuan ekosistem menjaga dan mempertahankan proses, fungsi, produktivitas, dan keanekaragaman ekologis pada masa mendatang Wardhono, 2012. Kota yang berkelanjutan adalah kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang, bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Konsep kota yang berkelanjutan Sustainablle Cities diluncurkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa PBB pada Juni 2012 dalam pertemuan Rio+20 The United Nation Conference on Sustainable Development. Konsep ini direncanakan untuk disebarkan kepada para steakholder perkotaan didunia yang bertanggung jawab dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan perkotaan. Kota yang memiliki kemampuan pendorong pertumbuhan masa depan, akan tetapi juga sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar. Konsep keseimbangan lingkungan hidup terkait dengan kota yang berkelanjutan âecocityâ, yaitu pembangunan kota yang saat ini membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi without the financial and material, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya Richard Register, 1987. Kemudian dalam Research Triangle Institute 1996 Kota harus mampu memiliki lima prinsif dasar dalam konsep berkelanjutan, yaitu Environmental Ecology, Economy Employment, Society Equity, Engagement dan Energy. Dalam aplikasinya kelima elemen tersebut harus mampu berjalan secara bersamaan, ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan pembangunan pada tiap elemen tidak merata Budihardjo dan Sujarto, 1999. Selanjutnya Konsep kota berkelanjutan menurut Rogers 1998, harus mengakui bahwa kota perlu memenuhi tujuan sosial, lingkungan, politik dan budaya serta ekonomi dan fisik. Rogers menguraikan dengan mencantumkan kata kunci tersebut maka kota semacam itu juga memperhatikan aspek keindahan dalam seni dan arsitekturnya, kreativitas untuk mengoptimalkan potensi manusia, efisiensi sumber daya dan dampak ekologis minimal, kemudahan kontak, mobilitas, komunitas terpadu dan kompak dan perbedaan. Gambar II. Dimensi Kota yang berkelanjutan III. DIMENSI KOTA YANG BERKELANJUTAN Berdasarkan hasil telaah di atas maka ditemukan 4 dimensi untuk menopang pembangunan kota yang berkelanjutan, yaitu Ekonomi, Sosial, Lingkungan, dan Pemerintah. Perencanaan kota tidak pernah bisa menunggu, karena urusan manusia berjalan terus dan arah jalannya ditentukan oleh derajat perencanaan. Mewujudkan kota yang nyata adalah membuka pandangan secara luas bahwa setiap kota mempunyai perumahan, gedung bertingkat, lorong perkotaan, taman, rumah-rumah penduduk. Kita melihat bagaimana mereka hidup, anak-anak akan menjadi warga dan tetangga dari anak-anak dan generasinya. Pandangan inilah yang memberi arah pada kota masa depan, kota yang nyaman untuk dihuni pada setiap generasi, melayani kebutuhan manusia, dan mengarahkan sarana-sarana untuk membentuk lingkungan perkotaan. Sustainable CitiesEconomicEnvironmentSocialGovernance Tabel II. Deskripsi Dimensi Keberlajutan dan Penerapan Kota Yang Berkelanjutan DESKRIPSI DIMENSI KEBERLANJUTAN DAN APLIKATIP KOTA YANG BERKELANJUTAN Equity , ruang sosial, ruang berinteraksi Menciptakan ruang kebersamaan, taman-taman kota, masyarakat bisa menikmati manfaat ruang Human agency, aspiratif, community Aspirasi manusia tentang masalah ekosistem, sustainanble community Budaya hemat dan sederhana Mendorong kesederhanaan dan mengurangi konsumsi barang-barang material secara berlebihan Menekankan pada ruang sebagai wadah fungsional berbagai kegiatan faktor jarak dan lokasi Memahami pola sebaran, tingkatan, dan hubungan saling ketergantungan kota-kota dalam suatu system region Distribusi investasi kota agar tercapai secara optimal, sehingga mengurangi proses urban regional development, territory and function Memikirkan keseimbangan permintaan dan penawaran, ruang dipandang komoditi, dinamika pasar akan membentuk keseimbangan permintaan dan penawaran ruang. Kriteria efesiensi pemanfaat ruang Keadilan ruang / keadilan ekonomi sebagai kepentingan bersama Ruang sebagai satu kesatuan ekosistem Manusia perlu mengurangi produksi konsumsinya, menghindari eksploitasi dan merusak alam Daya dukung lahan Carrying capacity Manajemen pengolahan dan system daur ulang Efesiensi pemanfaat bahan dan material Prinsif recycle, reuse, reduce Penataan sistem kota lebih hijau eco Green path, Eco city, ecofriendly, bycicle and bike line Adaptasi dan mitigasi dari perubahan iklim Mengembangkan inovasi yang mampu mengurangi konsumsi energy yang memproduksi CO2 Arsitektur bio climate, greenroof, outdoor greenwall, green house Teknologi ramah lingkungan pada berbagai bidang Mengembangkan kota memiliki minimal 40 % ruang hijau, optimalisasi vegetasi didalam kota Urban forest, urban farm, green belt, memperbanyak tanaman Perencanaan dan desentralisasi Membuat kebijakan yang lebih memperhatikan keberlanjutan ⢠Pembangungan yang lebih pada people-centered development ⢠Mendukung pertanian lokal, proyek penghijauan kota dan berkebun masyarakat Penguatan hak sipil dan politik Menciptakan peluang yang lebih baik bagi perempuan, kota yang multi etnik sebagai asas keadilan Mendukung tautan lokal, nasional, regional dan global Peraturan lingkungan hidup Mengembalikan kerusakan lingkungan perkotaan, terutama anak sungai, garis pantai, garis sempadan, dan lahan basah, lahan gambut Prinsif dan penegakan kota berkelanjutan diharapkan lebih memperhatikan humanitas, lebih manusiawi. Kembali kepada esensi dari kota itu sendiri terbentuk dari kebutuhan manusia. Hubungan kota, terbentuk dari manusia dan lingkungan, terkait dengan kota adalah system maka tidak lepas dari tata ruang, mengapa karena kota terbentuk sebagai hasil proses alam dan proses sosial, aktivitas manusia sebagai makhluk yang memanfaatkan sumberdaya alam juga memiliki kecendrungan-kecendrungan yang berpola dan terstruktur secara spasial. Menurut Rustiadi, dkk 2011 naluri spasial manusia yang secara alamiah dan hasil pengalaman âbelajarâ yang panjang, sehingga mendapat pola-pola spasial yang khas misalnya di dalam pengaturan tata letak rumah tinggal, tempat ruang publik tempat berkumpul, pekarangan, ladang, sawah, dan sebagainya. Keteraturan konfigurasi spasial aktivitas-aktivitas sosial-ekonomi masyarakat atau pola pemanfaat ruang selalu ditemukan ekonomi masyarakat atau pola pemanfaatan ruang yang selalu ditemukan di setiap kehidupan masyarakat di dalam mempertahankan hidupnya, menyesuaikan dengan lingkungan, mengoptimalkan upaya-upaya pemanfaatan sumberdaya alam, mengoptimalkan interaksi sosial, maupun sebagai bentuk-bentuk ekspresi budaya. Interaksi manusia dan lingkungan, menuntut manusia untuk menyediakan berbagai sarana-prasarana untuk mempermudah mengakses dan mengelola sumberdaya tersebut. Falsafah merencanakan kota yang berkelanjutan adalah adalah memenuhi kebutuhan masyarakat, kebutuhan generasi, dan kebutuhan ekonomi, yang berkeadilan sosial dimana tujuannya adalah mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan, menciptakan kesimbangan dan pembangunan yang berkelanjutan. Awal dari proses terbentuknya perencanaan kota yang berkelanjutan adalah berawal dari kebutuhan untuk melakukan perubahan yang lebih baik kesejahteraan, bencana alam, perkembangan sosial, dll. IV. BEBERAPA NEGARA YANG MENERAPKAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKELANJUTAN Belajar dari negara lain, tentang bagaimana membangun sebuah visi kota yang berkelanjutan dan seperti apa penerapannya, tentunya menambah wawasan dalam mengelola sebuah kota, walaupun berbeda kasus dan permasalahannya. Konsistensi untuk membangun visi kota yang berkelanjutan dimulai dari kreativitas seorang pemimpin dan membangun kesadaran warganya. Berikut penjelasan table dibawah ini Tabel III. Negara-Negara Dalam Visi Kota Yang Berkelanjutan Singapore bagian dari negara di ASEAN, sebagai negara kepulauan yang kecil dan berpenduduk padat tanpa sumber daya alam, pengalaman pembangunan berkelanjutan Singapura sendiri telah berfokus pada empat bidang utama, yaitu, 1 Membangun ekonomi yang berkelanjutan; 2 menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan; 3 memastikan pembangunan berkelanjutan untuk orang-orang kami; dan 4 berkontribusi pada kolaborasi internasional. ⢠Singapura 20 paling negara hemat karbon didunia ⢠Integrated transportasi, MRT, BUS., pedestrian way ⢠Sejak tahun 1970-an, pembangunan ekonomi telah membantu mengangkat miliaran orang keluar dari kemiskinan. Indeks sosial dari perkembangan manusia seperti kesehatan dan pendidikan telah meningkat secara signifikan. ⢠Walaupun tidak memiliki sumberdaya alam, tetapi Singapore mengelola sumberdaya manusia lebih berhati-hati. ⢠Singapura berencana untuk memperkenalkan pajak karbon dari 2019, sehingga mereka yang mengeluarkan emisi karbon paling banyak akan menanggung biaya untuk lingkungan kita dan didorong untuk mengurangi emisi mereka. ⢠Memberika hadiah kepada warga yang rumahnya hemat energy, diskon pajak ⢠Generasi pionir, memiliki visi untuk Singapura yang bersih, hijau dan berkelanjutan untuk semua warga Singapura. Menanamkan kesadaran bahwa pulau kecil ini adalah semua yang kita miliki, dan kita harus menjaganya dengan baik. ⢠Selama 50 tahun terakhir, melihat peningkatan besar dalam perumahan, air, kesehatan masyarakat, dan sanitasi. Menyediakan Kota di Taman dengan sekitar 47 persen tutupan hijau di Singapura. Lebih dari 80 persen rumah tangga berada dalam jarak 10 menit berjalan kaki dari sebuah taman. ⢠Memiliki 72 hektar taman atap dan dinding hijau hari ini, dan bertujuan untuk melipat gandakan pada tahun 2030. Curitiba, merupakan kota berkelanjutan pertama di dunia. Pada tahun 1971, arsitek Jaime Lerner terpilih sebagai walikota untuk yang pertama dari tiga istilah, dan muncul dengan solusi inovatif dan kreatif yang membuat Curitiba mengalami evolusi yang luar biasa. ⢠Kota terhijau, dengan lebih dari 50 M2 ruang hijau per kapita, jauh lebih banyak daripada rekomendasi PBB. Alasan mengapa ada begitu banyak ruang hijau adalah Lerner harus mencari solusi atas banjir yang sering terjadi yang terjadi karena posisi geografis kota, maka Lerner membuat sabuk hijau besar di sekitar kota, yang telah berubah menjadi habitat besar bagi banyak tanaman dan hewan. Area hijau yang luas ini dikelola oleh domba dan kambing dan wol yang mereka hasilkan dijual untuk membiayai pembangunan sosial di kota. ⢠Sekitar 60% orang bergantung pada jaringan bis di kota, efisiensi untuk sistem kereta ringan dengan jalur khusus. ⢠Kota Curitiba adalah contoh yang luar biasa dari apa yang berani dan dilakukan oleh pemimpin kreatif, untuk membuat sebuah kota benar-benar melayani penduduknya daripada menciptakan stres, kemacetan dan ketidaksetaraan di antara penduduknya. ⢠Menerapkan sistem transportasi Bus yang sederhana, dengan membagi 5 jalan lalu lintas arteri. ⢠Terdapat 28 taman dan kawasan hutan di Curitiba, menciptakan lansekap kota yang tidak seperti kota-kota berkembang lainnya. Taman-taman kota dirancang untuk terhubung dan tidak terisolasi guna memaksimalkan penggunaan. Taman ini dirancang oleh Hitoshi Nakamura. ⢠Taman-taman itu juga menghentikan penghuni liar dari menciptakan kota-kota kumuh di zona rawan banjir. ⢠Curitiba memiliki 4 kali ruang hijau yang di rekomendasikan, menggunakan domba untuk âmemotongâ beberapa rumput di taman. Dengan menelaah dua negara yaitu Singapura dan Curitiba, ini maka diharapkan menambah pengetahuan tentang âkota yang berkelanjutanâ, dimana pembangunan yang berkelanjutan menitik beratkan pada sumberdaya manusia, berkeadilan sosial, menciptakan kesetaraan ruang, dan pengelolaan pemerintah yang disertai seorang pemimpin yang kreatif. V. KESIMPULAN Berdasarkan sumber-sumber referensi kota yang berkelanjutan, maka dapat disimpulkan bahwa kota yang berkelanjutan adalah kota yang mampu memenuhi KEBUTUHAN MASA KINI tanpa mengabaikan KEBUTUHAN GENERASI mendatang, bagaimana MEMPERBAIKI KEHANCURAN LINGKUNGAN tanpa mengorbankan KEBUTUHAN PEMBANGUNAN EKONOMI dan KEADILAN SOSIAL. Membangun kota yang berkelanjutan juga memperhatikan 4 dimensi, yaitu DIMENSI SOSIAL, DIMENSI EKONOMI, DIMENSI LINGKUNGAN, dan DIMENSI PEMERINTAH. Ke-empat hal ini saling berdampingan, keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan tidak hanya di bergantung pada dimensi ekonomi melainkan perlu adanya campur tangan dari pemegang kekuasaan atau dalam hal ini dimensi pemerintah, guna mengimplementasinya pembangunan berkelanjutan sehingga tercapai pemerataan kesejahteraan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan berorientasi pada pengembangan Kota Hijau yang memiliki kualitas hidup baik dan kondisi lingkungan yang kondusif. DAFTAR PUSTAKA Case, G., Highlighting, S., Approaches, I., & Areas, U. What Makes a Sustainable City ? What Makes a Sustainable City ? Egger, S. 2006. Determining a sustainable city model. Environmental Modelling & Software, 219, 1235â1246. Fei, J., Wang, Y., Yang, Y., Chen, S., & Zhi, Q. 2016. Towards Eco-city The Role of Green Innovation. Energy Procedia, 104, 165â170. Manea, G. 2014. Green Cities â Urban Planning Models of the Future. Cities in the Globalizing World and Turkey A Theoretical and Empirical Perspective, November, 462â479. Maslow, A. H., H., A., Maslow, B. a H., Green, C. D., & Maslow, A. H. 1943. A theory of human motivation. Psychological Review, 504, 370â396. Iii, C. 2010. Towards sustainable cities. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this volume presents innovative work on innovative methods, tools and practices aimed at supporting the transition of Asian and Middle Eastern cities and regions towards a more smart and sustainable dimension. The role of the built and urban environment are becoming more pronounced in Asia and Middle East as the regions continues to experience rapid increase in population and urbanisation, which have only led to an increase in environmental degradation but also rise in energy consumption and emissions. Individual chapters covers timely topics such as sustainable infrastructure, transportation, renewable energy, water and methods supporting an innovative and sustainable development of urban areas. Real-world examples are presented to highlight recent developments and advancements in design, construction and transportation FeiYing WangYue Yang Qiang ZhiGreen innovation is fundamental for the transition of city towards eco-city. It enables shifts in the trajectory of city in many different ways. This paper classified green innovation into three types of innovation green technological innovation; green institutional innovation and green business-model innovation. Under each type of innovation, we go further analysis the working mechanism and the effect to construction of eco-city. Also, this paper highlight some research gap in current EggerWith the prediction by the United Nations that 60% of the world's population will live in cities by the year 2030, it is apparent that the immediate global future is one of urbanisation. Central to the issue of sustainability must therefore be the increasing domination of the city. Determining the sustainability of a city and the effect the city has on global sustainability must be considered from two perspectives that are largely analogous to Castells' bi-polar conflict between âthe Netâ and âthe Selfâ [Castells, M., 1996. The Rise of the Network Society, vol. 1, first ed. Blackwell Publishers, Oxford, UK]. Cities must reconcile the conflict between being part of a competitive global city network and satisfying the day to day requirements of their own inhabitants. This dual perspective of cities and sustainability is examined in this paper with a view to determine an appropriate model for what may constitute a contemporary sustainable city. What are the defining characteristics that would ensure a city can not only survive in a manner acceptable to its current and future inhabitants, but also in a way that will not undermine the abilities of other cities and regions around the world to also remain sustainable?
Jakarta, CNBC Indonesia - TomTom, salah satu perusahaan teknologi yang mengatur lalu lintas, merilis Indeks Lalu Lintas 2018 yang menyoroti tingkat kemacetan pada 403 kota di 56 laporan tersebut disebutkan, kemacetan lalu lintas terus meningkat selama satu dekade terakhir pada hampir 75% kota yang disurvei dalam indeks. Juga ada fakta tingkat kemacetan yang stabil antara 2017 dan RedaksiSayonara Macet! Berkat Tol Trans Jawa Mudik LancarBosan Hadapi Macet Arus Balik Lebaran? Coba Aplikasi IniTak Mau Macet? Hindari Puncak Arus Balik 8-9 JuniDikutip dari Statista, terlihat, Mumbai menjadi kota yang memiliki tingkat kemacetan tertinggi di kota mana pun tahun lalu dan penumpang di sana dapat menghabiskan rata-rata waktu perjalanan ekstra 65% karena terjebak dalam lalu Kolombia, Bogota, berada di urutan kedua dengan tingkat waktu ekstra perjalanan yang dibutuhkan 63%, sementara Lima di tempat ketiga dengan 58%. India kembali masuk di tempat keempat, kali ini New Delhi yang dinobatkan. Sebab, pengemudi di sana membutuhkan 58% waktu lebih banyak di bagaimana dengan Indonesia? Tentunya, Ibukota kita termasuk dalam nominasi kota dengan tingkat kemacetan tertinggi, yang mana Jakarta berada di urutan ke-7, setelah Istanbul, dengan tingkat waktu ekstra perjalanan yang dibutuhkan sebesar 53%.Foto StatistaStatista DataDi sisi lain, Moskow menjadi kota yang memimpin Benua Eropa dalam kemacetan lalu lintas dan pengemudi yang sedang berkendara di Rusia dapat mengharapkan 57% tambahan waktu perjalanan macet di di Amerika Serikat, Los Angeles memiliki tingkat kemacetan terburuk tetapi mereka masih jauh lebih sedikit daripada kota-kota dalam infografis ini yaitu 41%.Satu-satunya sisi kemacetan yang benar-benar positif adalah hal itu merupakan indikator ekonomi yang kuat. Namun, hal tersebut juga tentu saja datang dengan dampak lingkungan yang mengerikan sebagai tambahan biaya dari waktu para komuter yang Direktur TomTom untuk Informasi Lalu Lintas Ralf-Peter Schäfer mengatakan, ia tetap optimistis. TomTom kini tengah bekerja menuju masa depan di mana kendaraan listrik tengah dikembangkan, sehingga masa depan kita benar-benar bebas dari kemacetan dan melanjutkan dengan mengatakan, "Kita memiliki teknologi untuk mewujudkan masa depan ini - tetapi itu membutuhkan upaya kolaboratif. Dari otoritas jalan, ke pemerintah; pembuat mobil hingga pengemudi mobil, kita semua memiliki peran untuk dimainkan." Artikel Selanjutnya Pengusaha Soal Rencana Aturan Jam Kerja Atasi Macet Jakarta hps/hps
kemacetan dan masa depan kota